Bagian Pertama dari 2 Tulisan
Disusun oleh : Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc. MA*
* Pengajar di Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur, Sumatera Selatan (www.kuncikebaikan.com).
﴿ وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ١٠٧ لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ ١٠٨ اَفَمَنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى تَقْوٰى مِنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ اَمْ مَّنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهٖ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ١٠٩ لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِيْ بَنَوْا رِيْبَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلَّآ اَنْ تَقَطَّعَ قُلُوْبُهُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ࣖ ١١٠ ﴾
- (107) Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan ke-mudharat-an (pada orang-orang mukmin), untuk kekafi ran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allâh dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allâh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
- (108) Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang suka membersihkan diri. Dan Allâh menyukai orang-orang yang bersih.
- (109) Apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar ketakwaan kepada Allâh dan ke-ridha-an-(Nya) itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam neraka Jahannam. Dan Allâh tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zhalim.
- (110) Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi keraguan dalam hati-hati mereka, kecuali bila hati-hati mereka itu telah hancur. Dan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 107-110)
TAFSIR RINGKAS
Ayat-ayat yang dibahas ini masih berkaitan dengan celaan kepada orang-orang munafiq dan berkaitan dengan penutupan celah-celah kemunafi kan di wajah-wajah orang-orang munafik sampai mereka bertaubat kepada Allâh atau mereka binasa dalam keadaan kafir. Allâh berfirman mengingatkan sebagian di antara mereka:
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan ke-mudharat-an (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allâh dan Rasul-Nya sejak dahulu.”
Yang dimaksud dari mereka ‘yang mendirikan masjid untuk menimbulkan ke-mudharat-an (pada orang-orang mukmin) dan untuk kekafiran’ adalah dua belas orang laki-laki dari penduduk Madinah yang mendatangi Nabi ﷺ sementara Beliau ﷺ sedang bersiap-siap menuju Tabuk. Mereka berkata, “Ya Rasûlullâh! Sesungguhnya kami telah membangun sebuah masjid yang diperuntukkan untuk orang yang lemah dari kami, orang yang sakit dan orang yang memiliki udzur di malam yang hujan. Shalat-lah untuk kami di masjid tersebut.” Kemudian Beliau ﷺ menjawab mereka, “Saya sekarang sedang bersiap-siap untuk safar, apabila kami kembali maka kami akan shalat untuk kalian di masjid tersebut insyaallah.”
Ketika Beliau ﷺ pulang dari Tabuk dan sampai ke sebuah daerah yang dekat dengan Madinah, bernama Dzâ Awân, yaitu suatu daerah yang berjarak satu waktu perjalanan di siang hari dari Madinah, Allâh menurunkan wahyu yang berkaitan dengan masjid adh-Dhirâr. Kemudian Beliau ﷺ menyuruh Malik bin ad-Dukhsyum (saudara dari Bani Salim bin ‘Auf) dan Ma’n bin ‘Adi (Saudara dari Bani Al-‘Ajlan). Beliau berkata, “Pergilah kalian berdua ke masjid tersebut yang penghuninya telah berbuat kezhaliman, kemudian bakarlah masjid itu!” Kemudian mereka berdua segera pergi hingga sampai ke perkampungan Bani Salim bin ‘Auf. Kemudian dia (Malik) berkata kepada Ma’n, “Tunggulah saya sampai saya kembali kepadamu dengan membawa api. Kemudian Ia kembali dengan membawa pelepah kurma yang telah dinyalakan api dan mendatangi masjid tersebut. Penghuni masjid tersebut masih berada di dalamnya. Kemudian keduanya membakar masjid tersebut dengan api dan menghancurkannya, sampai-sampai penghuni masjid tersebut bercerai berai dan Allâh سبحانه وتعالى turunkan ayat berkaitan dengan mereka, “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan ke-mudharat-an (pada orang-orang mukmin),” karena akan berbahaya terhadap Masjid Nabawi dan masjid Quba’ jika penduduk sekitar masjid tersebut tidak mendatangi kedua masjid tersebut.
Perkataan Allâh, (yang artinya), “untuk kekafiran” maksudnya yaitu untuk tujuan kekufuran kepada Allâh dan Rasul-Nya.
Perkataan Allâh سبحانه وتعالى (yang artinya), “dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin,” ini adalah alasan ketiga mereka membangun masjid adh-Dhirar. Karena dahulu penduduk kampung tersebut berkumpul di masjid Quba’ lalu mereka ingin memecah mereka menjadi dua masjid sehingga orang-orang munafi سبحانه وتعالى tersebut memiliki kesempatan untuk membuat keraguan, celaan (kepada orang-orang Mukmin) dan memiliki kesempatan untuk memecah belah kaum Muslimin berdasarkan kaidah “Pecah belahlah maka kamu akan terbentengi!”.
Perkataan Allâh , (yang artinya), “serta menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allâh dan Rasul-Nya sejak dahulu.” Dia adalah Abu ‘Amir ar-Râhib al-Fâsiq. Karena dialah yang menyuruh untuk membangun masjid tersebut agar bisa melancarkan rencana dan tipu dayanya. Orang fâsiq inilah yang berkata kepada Nabin, “Tidak ada suatu kaum pun yang memerangimu kecuali aku akan berperang bersama mereka.“ Sampai saat orang-orang musyrikin kalah dalam peperangan di Hunain, maka orang terlaknat ini pergi ke negeri Romawi untuk meminta mereka memusuhi Rasûlullâh ﷺ . Dari tempat itu, dia menghasut orang-orang munafik untuk membangun masjidadh-Dhirar, kemudian dia nanti datang bersama para tentara Romawi yang dulu pernah ia minta untuk memusuhi Nabi ﷺ . Akan tetapi, dia meninggal di negeri Syam.
Perkataan Allâh , “Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’.” Inilah perkataan mereka ketika masjid tersebut telah dibakar dan dihancurkan dan telah tersingkap keburukan mereka. Mereka bersumpah bahwa mereka tidak menginginkan kecuali kebaikan dan tidak ada keburukan di dalamnya, yaitu ketika mereka mengatakan bahwa masjid ini adalah untuk orang yang lemah, orang yang sakit dan untuk uzur di malam yang hujan. “Dan Allâh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).”
“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya.” Allâh melarang Nabi-Nya untuk shalat di sana karena sebelumnya Beliau telah berjanji untuk shalat di masjid itu sebelum pergi ke Tabuk.
Perkataan Allah, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya,” maksudnya adalah masjid beliau (Masjid Nabawi) dan masjid Quba’, karena keduanya dibangun di atas ketakwaan dan keridhaan dari hari pertama pembangunannya, maksudnya dibangun di atas rasa takut kepada Allâh dan mengharapkan keridhaannya.
Perkataan Allah, “Di dalam masjid itu ada orang-orang yang suka membersihkan diri. Dan Allâh menyukai orang-orang yang bersih.” Ini adalah pujian Allâh kepada penduduk Quba’ berupa kebaikan. Ini juga pemberitahuan dari Allâh bahwa Allâh سبحانه وتعالى mencintai orang yang bersuci dari najis hissi (yang ada wujudnya atau dzatnya) maupun ma’nawi (yang tidak ada wujud atau dzatnya), karena dulu mereka menggabungkan penggunaan batu dengan air ketika beristinja’. Oleh karena itu, Allâh سبحانه وتعالى memuji mereka.
Perkataan Allah, “Apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar ketakwaan kepada Allâh dan ke-ridha-an-(Nya) itu,” maksudnya bangunan yang didirikan di atas dasar ketakwaan kepada Allâh dan mencari keridaan-Nya “lebih baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannyadi tepi jurang yang runtuh,” yang dikikis oleh aliran air dibawahnya dan bangunan tersebut tetap tegak, tetapi telah bersiap-siap untuk roboh. “Lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam neraka Jahannam.” Inilah keadaan orang-orang munafik yang membangun masjid Adh-Dhirar tersebut. “Dan Allâh tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zhalim,” maksudnya Allâh tidak memberi petunjuk kepada mereka agar mereka bisa sempurna dan bahagia dan Allâh mengharamkan untuk mereka hidayah-Nya sehingga mereka mendapatkan kerugian dunia dan akhirat.
“Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi keraguan dalam hati-hati mereka, kecuali bila hati-hati mereka itu telah hancur,” karena bangunan ini menjadi sebab pendoktrinan kemunafi kan dan kekafi ran di hati-hati mereka sampai mereka pun mati dalam keadaan kafir. “Dan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dan Allâh memiliki nama Al-‘Alîm (Yang Maha Mengetahui) dan Al-Hakîm (Yang Maha Bijaksana), ini mengharuskan tidak diberikannya hidayah kepada orang-orang zhalim dan munafik sampai mereka mati dalam keadaan kafir menuju neraka Jahannam. Ini dikarenakan mereka telah terjerumus di dalam kezaliman, kesyirikan dan kerusakan.”1
PENJABARAN AYAT
Firman Allâh سبحانه وتعالى :
وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan ke-mudharat-an (pada orang-orang Mukmin)
SEBAB TURUNNYA AYAT
Para Ulama ahli tafsir sepakat bahwa sebab turun ayat ini adalah sekelompok orang munafik yang membangun masjid untuk menandingi masjid Quba’. Mereka bermaksud melancarkan keinginanmereka memerangi Nabi ﷺ . Kemudian Allâh menurunkan ayat-ayat ini untuk mengabarkan kepada Rasûlullâh ﷺ tentang rahasia busuk mereka. Setelah itu Rasûlullâh ﷺ memerintahkan untuk menghancurkan masjid tersebut. Kisah tentang sebab turun ayat ini diriwayatkan dari berbagai jalur periwayatan, dan Imam Ibnu Katsir رحمه الله telah menggabungkannya dengan sangat rapi dalam tafsirnya. Beliau رحمه الله mengatakan, “Sebab turunnya ayat-ayat yang mulia ini adalah dahulu di Madinah sebelum kedatangan Nabi ﷺ ke Madinah, ada seseorang dari Khazraj yang dijuluki Abu ‘Amir ar-Râhib. Dia masuk ke dalam agama Nasrani di masa Jahiliah dan dia membaca ilmu Ahli Kitab. Dan dia memiliki ibadah-ibadah di masa Jahiliah. Dia memiliki kedudukan besar di sisi Khazraj. Ketika Rasûlullâh ﷺ berhijrah ke Madinah dan kaum Muslimin berkumpul bersamanya, maka Islam menjadi satu kalimat yang tinggi. Dan Allâh memenangkan mereka di hari Badr. Orang yang terlaknat ini (Abu ‘Amir) pun sangat marah, kemudian memusuhi Nabi ﷺ dan terang-terangan menampakkan permusuhannya tersebut. Kemudian dia bergegas keluar menuju orang-orang kafir Mekah dari kalangan orang-orang musyrik Quraisy untuk memanas-manasi mereka agar memerangi Rasûlullâh ﷺ . Mereka terhasut dan berkumpul dengan orang-orang arab yang sepakat dengan mereka, lalu datang (ke Madinah) pada tahun (peperangan) Uhud. Dan terjadilah apa yang terjadi pada kaum Muslimin dan Allâh سبحانه وتعالى menguji mereka.2 Dan balasan yang mulia hanya untuk orang-orang yang bertakwa.
Kemudian orang fâsiq ini (‘Abu ‘Amir Ar-Râhib) telah membuat jebakan-jebakan di antara kedua shaf (yang berperang di Uhud), lalu Rasûlullâh ﷺ terjatuh pada jebakan tersebut sehingga Beliau ﷺ tertimpa musibah pada hari itu. Wajah Beliau ﷺ terluka dan gigi taring bagian kanan bawah Beliau ﷺ patah dan kepala Beliau ﷺ yang mulia terluka.
Pada saat awal pertarungan, Abu ‘Amir pergi menemui kaumnya dari kalangan Anshar. Dia mengajak dan membujuk mereka agar maumenolong dan menyetujuinya. Ketika mereka mengetahui (arah) perkataannya, maka mereka berkata, “Semoga Allâh سبحانه وتعالى tidak memberikan kenikmatan mata kepadamu, wahai orang yang fasik! Wahai musuh Allah!” Kemudian mereka mengusik dan mencelanya. Kemudian dia pun kembali dan mengatakan, “Sesungguhnya kaumku telah tertimpa keburukan setelah aku tinggalkan.” Padahal dulu Rasûlullâh ﷺ telah mengajaknya untuk menuju Allâh سبحانه وتعالى sebelum dia kabur dan Rasûlullâh ﷺ juga telah membacakan al-Qur’an kepadanya. Namun dia enggan untuk masuk Islam dan bersikap sombong. Kemudian Rasûlullâh ﷺ berdoa untuknya agar dia mati di daerah yang jauh dan terbuang. Akhirnya doa Nabi ﷺ menimpanya.
Ketika orang-orang telah selesai perang Uhud dan dia melihat keadaan Rasûlullâh ﷺ yang semakin meninggi dan tersohor, dia pun pergi ke Hiraql (raja Romawi) untuk meminta tolong agar dia mau memerangi Nabi ﷺ , kemudian Hiraql menjanjikan dan memberikan harapan kepadanya. Dia pun tinggal di sisi Hiraql
Kemudian dia menulis surat kepada kaumnya dari (sebagian) kalangan Anshar yang munafik dan yang penuh keraguan, yang isinya berupa janji dan harapan untuk mereka bahwa akan datang tentara yang memerangi Rasûlullâh ﷺ dan akan mengalahkannya serta mengembalikannya seperti keadaan semula.
Dia memerintahkan untuk membuat suatu tempat agar bisa menyambut orang yang datang kepada mereka yang diutus olehnya untuk menyampaikan catatan-catatannya dan menjadi tempat untuk bersiap-siap untuk menyambutnya setelah itu.
Kemudian mereka pun mulai membangun masjid berdekatan dengan masjid Quba’. Mereka membangunnya dan mengokohkan bangunan tersebut dan menyelesaikannya sebelum Nabi ﷺ pergi ke Tabuk. Mereka meminta agar Beliau ﷺ bisa datang ke (pemukiman) mereka dan bisa shalat di masjid mereka agar bisa menjadi hujjah (argumen) untuk penetapan dan pengesahan (masjid itu) dari Nabi ﷺ dengan Beliau shalat di masjid tersebut. Dan mereka beralasan bahwa masjid itu dibangununtuk orang-orang yang lemah di antara mereka, untuk orang-orang yang punya uzur di malam yang dingin. Namun, Allâh melindungi Nabi ﷺ agar tidak shalat di sana, sehingga Nabi ﷺ berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya kami sedang bersafar, tetapi jika kami pulang Insya Allâh.’
Ketika Beliau ﷺ sedang dalam perjalanan pulang ke Madinah dari Tabuk, tidaklah tersisa jarak antara Beliau ﷺ dengan Madinah kecuali hanya satu hari atau sebagian hari saja, turunlah wahyu yang mengabarkan tentang masjid adh-Dhirâr tersebut dan apa-apa yang disengaja oleh para pendirinya untuk tujuan kekafi ran mereka dan memecah belah jamaah kaum Mukminin di dalam masjid mereka dengan (jamaah) masjid Quba’ yang dibangun di atas ketakwaan sejak awal.
Kemudian Rasûlullâh ﷺ mengutus Sahabatnya ke masjid tersebut untuk menghancurkan masjid tersebut sebelum Beliau ﷺ tiba di Madinah.
Muhammad bin Ishaq bin Yasar meriwayatkan dari az-Zuhri, Yazid bin Ruman, Abdullah bin Abi Bakr, Ashim bin ‘Umar bin Qatadah dan yang lainnya, bahwa mereka berkata, “Rasûlullâh ﷺ kembali dari Tabuk, ketika sampai di Dzâ Awân dan jarak antara dia dengan Madinah hanya suatu waktu dari siang. Sebelumnya penghuni masjid adh-Dhirâr pernah datang kepada Rasûlullâh ﷺ , pada saat itu Beliau ﷺ sedang bersiap-siap menuju Tabuk. Mereka berkata, ‘Ya Rasûlullâh, sesungguhnya kami telah membangun sebuah masjid untuk orang yang sakit dan yang memiliki keperluan dan untuk (uzur bagi orang-orang) di malam yang hujan dan malam musim dingin. Sesungguhnya kami ingin agar engkau mendatangi kami dan shalat di dalamnya.’ Beliau ﷺ menjawab, ‘Sesungguhnya saya sedang persiapan untuk safar dan dalam keadaan sibuk. Jika kami telah benar-benar kembali (ke Madinah) insya Allâh kami akan mendatangi kalian dan shalat untuk kalian di sana’. Ketika Beliau ﷺ sampai di Dzâ Awân datang kabar tentang masjid tersebut, kemudian Beliau ﷺ memanggil Malik bin ad-Dukhsyum (Saudara BaniSalim bin ‘Auf) dan Ma’n bin ‘Adi (Saudara ‘Amir bin ‘Adi). Kemudian Beliau ﷺ memerintahkan, ‘Pergilah kalian berdua ke masjid yang penghuninya telah berbuat zhalim! Hancurkan dan bakarlah masjid itu!’ Kemudian mereka berdua pergi dengan cepat sampai mereka mendatangi (perkampungan) Bani Salim bin ‘Auf yang masih keluarga Malik bin Ad-Dukhsyum. Malik berkata kepada Ma’n, ‘Tunggulah saya sampai saya kembali kepadamu dengan membawa api dari keluargaku.’ Dia z mengambil pelepah kurma dan menyalakan api dengannya.
Kemudian dia z keluar dengan cepat sampai memasuki masjid tersebut dan di dalamnya ada penghuninya. Kemudian mereka berdua membakar dan menghancurkan masjid tersebut dan diturunkanlah ayat berkaitan dengan mereka yaitu ayat, “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharat-an (pada orang-orang Mukmin)”3
SIAPAKAH MEREKA YANG MENDIRIKAN MASJID DHIRÂR TERSEBUT?
Mereka berjumlah dua belas orang, mereka adalah:
- Wadî’ah bin Tsabit
- Judzâm bin Khalid (di kediamannyalah dibangun masjid ini)
- Tsa’labah bin Hâthib
- Jâriyah bin ‘Âmir
- Mujammi’ bin Jâriyah bin ‘Âmir (Beliau ini tidak mengetahui niat teman-temannya yang lain, sebagaimana nanti dijelaskan).
- Zaid bin Jâriyah bin ‘Âmir
- Mu’attib bin Qusyair
- ‘Abbâd bin ‘Hunaif
- Abu Habîbah bin Al-Az’ar
- Nabtal bin Hârits
- Bijâd bin ‘Utsmân
- Bahzaj
Footnote:
1 Lihat Aisar At-Tafâsîr, hlm. 580-582.
2 Maksudnya kaum Muslimin mengalami kekalahan pada saat itu.
3 Tafsîr Ibni Katsîr IV/210-212
Edisi 04/Thn. XXI/Dzulqa’dah 1438H/Agustus 2017M